MOTIVASI HARI INI

VSIcenter.com | Peluang Bisnis VSI | Veritra Sentosa Internasional | Veritra Pay | Habs Pro | Bisnis Ustadz Yusuf Mansur

Jumat, 27 Desember 2013

REFLEKSI NEGERI : PENTINGNYA MEMBANGUN KARAKTER POSITIF BANGSA

Bagaimana kondisi perkembangan pendidikan di negeri ini? Bagaimana halnya perkembangan budaya bangsa selama ini? Kita bisa merenung sejenak tentang perkembangan pendidikan dan budaya bangsa yang berujung pada karakter  masyarakat kita dewasa ini. Karakter bangsa  yang sudah jauh dari nilai-nilai ajaran agama, selain sudah tidak sesuai dengan Pancasila sebagai dasar negara dan juga jauh dari semangat “Bhineka Tunggal Ika yang mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaannya”.

 Berbagai diskusi telah dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat baik formal maupun non-formal. Langkah-langkah parsial juga telah dilakukan oleh para motivator, dosen,  guru, tokoh spiritual dan berbagai tokoh masyarakat di lingkungan kampus, institusi, sekolah, pondok pesantren dan tempat-tempat lain yang secara sporadis tumbuh di mana-mana. Ini merupakan kegiatan  positif bahkan boleh dibilang terobosan kreatif untuk menghadapi berbagai ironi di negeri ini. Kegiatan ini bisa kita yakini akan membangun kesadaran kolektif warga bangsa. Kesadaran kolektif tentang pentingnya perubahan yang akan memungkinkan terbentuknya gerakan nasional perubahan. 
Kita perlu bersama-sama membuka mata, membuka telinga, membuka pikiran dan hati kita agar kita bisa menumbuhkan rasa cinta kita terhadap tanah air, bangsa dan Negara yang kita cintai. Rasa cinta tanah air ini akan membangkitkan rasa ikut memiliki (melu handarbeni), ikut menjaga (melu hangrungkepi) dan berani melihat diri sendiri dengan segala kekurangan sehingga selalu siap mendapat kritik dari siapapun dan kapanpun (mulat sariro hangrosowani) terkait dengan kondisi negeri ini dan sejauh mana dirinya telah berbuat. 
Dengan demikian rasa cinta tanah air ini harus dimiliki oleh seluruh warga masyarakat di negeri ini, apalagi generasi muda. Pemuda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk mewujukan cita-cita bangsa, harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa, yang dapat mengubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para generasi terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide ataupun gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat. Bahkan Presiden Pertama RI Ir. Soekarno dalam pidatonya pernah mengatakan: "Berikan aku 1000 anak muda maka aku akan memindahkan gunung, tapi berikan aku 10 pemuda yg cinta akan tanah air maka aku akan mengguncang dunia."
Mencermati berbagai perkembangan situasi dan kondisi bangsa ini kita tentu bisa melihat, merasakan, menyaksikan bahkan ikut mengalami sendiri betapa ironisnya negeri ini. Mulai dari kepemimpinan, konflik sosial, moralitas, pornografi, kenakalan remaja, ketidakjujuran dan kemunafikan, tawuran antar kelompok, HIV/AIDS, Narkoba, realita sosial, kemiskinan, ancaman bom sampai dengan hutang luar negeri dan peristiwa memilukan lainnya. Perkembangan terakhir yang menambah wajah suram negeri ini adalah negeri agraris yang terpaksa harus mengimpor produk-produk pertanian mulai dari beras, kedelai sampai ke bawang merah dan bawang putih. Sudah begitu masih diikuti mekanisme impor barang dengan berbagai  praktek kecurangan yang dilakukan baik oleh para pengusaha maupun oknum birokrat. Belum lagi ironi di bidang pendidikan, beberapa guru ditengarai melakukan pelecehan seksual terhadap muridnya, tawuran antar pelajar dan mahasiswa, kurikulum, bahan pelajaran  dan komponen pendidikan lainnya yang sangat jauh dari harapan tujuan pendidikan.
Kondisi demikian apabila terus berlangsung tanpa adanya perubahan, masihkah Indonesia Raya sebagaimana yang kita nyanyikan itu sepuluh atau dua puluh tahun ke depan? Apakah tidak akan lahir penyesalan dan hujatan bahkan kutukan dari generasi mendatang terhadap generasi kita saat ini? Haruskan sejarah mencatat bahwa generasi kita adalah generasi yang tamak, rakus dan perusak negeri ini? Sebagai warga bangsa, mari kita sama-sama merenung dan merefleksikan sejenak sembari mencari berbagai langkah dan tindakan alternatif yang masih memungkinkan kita lakukan.
Sebagai bangsa yang besar sejatinya  sudah sepantasnya kita bersyukur,  kita telah dilahirkan di satu Negara yang  penuh potensi yang merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Murah kepada bangsa Indonesia. Bila dilihat dari kondisi geografi, demografi dan sumber kekayaan alam serta keaneka-ragaman  budaya yang sangat menarik. Duniapun mengakui bahwa potensi yang dimiliki Indonesia bisa menjadikan Negara ini masuk dalam negara-negara besar yang disegani dan dihormati dunia. Mari kita renungkan dan perhatikan potensi kita satu demi satu. Posisi geografi yang terletak diantara dua benua besar dan dua samudera luas memberikan peluang strategis yang memungkinkan untuk  mengalahkan kemajuan Singapura, Malaysia dan Negara lain di Asia Tenggara. Jumlah penduduk yang sangat besar dan memiliki  kecerdasan intelegensi tinggi merupakan potensi sumber daya manusia (manpower) yang sangat potensial untuk meningkatkan produktifitas.
Sumber kekayaan alam yang melimpah merupakan potensi yang sangat bernilai bila dikelola dengan adil dan lestari. Keanekaragaman budaya yang tersebar diseluruh wilayah merupakan daya tarik yang bisa meningkatkan devisa bila dikelola dengan baik dan beradab.  Mari kita kembali merenungkan segala potensi ini agar kita bisa menyukuri dan memanfaatkannya secara adil dan lestari untuk kelangsungan hidup anak bangsa dan kejayaan Indonesia tercinta. Dengan jujur kita harus mengakui bahwa sebagai bangsa yang besar ternyata belum berhasil mengelola berbagai potensi dengan baik, bahkan sebaliknya. Berbagai ironi justru kita jumpai dan tersebar di berbagai kawasan di negeri ini bertolak belakang dengan berbagai potensi yang dimiliki.
Untuk itu perubahan harus kita lakukan, kita perjuangkan dan kita gerakkan sehingga menjadi gerakan nasional agar situasi dan kondisi segera berubah menjadi lebih baik. Nantinya generasi kita tidak tercatat dalam sejarah sebagai generasi perusak, kita tidak dihujat oleh generasi penerus dan kitapun merasakan kedamaian dalam menjalani hidup di negeri yang kita cintai ini. Untuk itu kita perlu merefleksikan keadaan ini dan belajar dari pengalaman  negara-negara maju di dunia agar kita bisa menyikapi keadaan serta memilih langkah yang tepat sesuai dengan potensi yang kita miliki saat ini.
Mas Joko Mursito dari Pusdikkanas telah memberikan catatan dan pengalamannya kepada saya. Banyak juga teman-teman lain yang telah berbagi melalui blog  dan ternyata esensinya sama dengan hasil diskusi saya di semina“Date With Destiny bersama Anthony Robbins” yang diikuti oleh sekitar 900 orang dari 42 negara di The Western Hotel Nusa Dua Bali. Adapun kesimpulan singkatnya adalah sebagai berikut :
Perbedaan antara Negara maju atau kaya dengan Negara miskin tidak tergantung pada umur Negara itu. Sebagai contoh adalah Mesir dan India umurnya lebih dari 2000 tahun, tetapi sampai sekarang masih tetap terbelakang atau (miskin). Sementara Canada (1967), New Zealand (1940), Singapura (1965), Australia (1901) adalah negara yang belum sampai 200 tahun tetapi negara-negara itu merupakan bagian dari Negara yang maju di dunia dan penduduknya tidak lagi miskin.
Ketersediaan sumber kekayaan alam juga tidak bisa menjamin suatu Negara itu menjadi kaya atau miskin. Indonesia yang memiliki ketersediaan sumber kekayaan alam yang melimpah ternyata sudah lebih 60 tahun merdeka sampai saat ini  masih termasuk Negara berkembang dan banyak kemiskinan. Sebaliknya Jepang mempunyai area sangat terbatas, daratannya 80% berupa pegunungan dan tidak cukup untuk meningkatkan pertanian dan peternakan selain letaknya juga tidak strategis seperti Indonesia. Saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia. Jepang laksana suatu Negara Industri Terapung” yang besar sekali mengimpor bahan baku dari semua Negara dan mengekspor barang jadinya. Sama-sama diterjang badai tsunami ternyata Jepang lebih piawai dalam melakukan rekonstruksi sosial dibanding Indonesia.
Swiss tidak mempunyai perkebunan coklat tetapi sebagai Negara pembuat coklat terbaik di dunia.Negara Swiss sangat kecil, hanya 11 % daratannya yang bisa ditanami.Swiss juga mengolah susu dengan kualitas terbaik, Nestle adalah salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia. Swiss juga tidak punya cukup reputasi dalam keamanan, integritas dan ketertiban, tetapi saat ini Bank-bank Swiss menjadi Bank yang sangat disukai.
Perancis adalah negara yang memproduksi parfum dengan kualitas terbaik di dunia dengan harga yang sangat mahal. Tahukah Anda bahwa 95 %  bahan pembuatan parfume tersebut berasal dari Indonesia yang dibeli dengan harga yang sangat murah dan sering dipermainkan oleh para tengkulak. Dari data yang ada menunjukkan bahwa 80 jenis tanaman yang bisa menghasilkan crude oil di dunia 70 jenis tumbuh dan berkembang dengan baik di Indonesia.
Para eskekutif dari Negara maju yang berkomunikasi dengan temannya dari Negara terbelakang sependapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan intelegensia. Ras atau warna kulit juga bukan faktor penting. Para imigran yang dinyatakan pemalas di Negara asalnya ternyata menjadi sumber daya yang sangat produktif di Negara maju atau kaya di Eropa dan negara maju lainnya.

   Lalu apa perbedaannya ?
        Perbedaannya adalah pada sikap/perilaku masyarakatnya yang telah terbentuk dalam waktu yang lama melalui pendidikan dan kebudayaaan. Berdasarkan analisis atas perilaku masyarakat di Negara maju, ternyata bahwa mayoritas penduduknya sehari-harinya mengikuti/mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan sebagai berikut :
1.          Etika, sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari.
2.          Kejujuran dan integritas.
3.          Bertanggung jawab.
4.          Hormat pada aturan dan hukum masyarakat
5.          Hormat pada hak orang lain/warga lain.
6.          Cinta pada pekerjaan.
7.          Berusaha keras untuk menabung dan investasi.
8.          Mau bekerja keras.
9.          Tepat waktu.
Di Negara terbelakang / miskin / berkembang, hanya sebagian kecil masyarakatnya mematuhi prinsip dasar kehidupan tersebut. Sebagian besar masyarakatnya tidak patuh.
Bagaimana dengan kondisi masyarakat dan bangsa kita? Apakah nilai-nilai ini bertentangan dengan Pancasila yang pernah diakui sebagai jalan hidup (way of life) bangsa? Apakah nilai-nilai ini juga bertentangan dengan akhlaqul karimah dalam ajaran Islam ? Dalam surat Al-Ahzab  (QS 33: 21) yang dinyatakan  bahwa :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا  [الأحزاب: 21]
ô“Sesungguhnya pada diri Rasulullah saw. Terdapat tauladan yang baik bagi mereka yang menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada Allah.”
Keteladanan berupa akhlaq yang mulia (akhlaqul-karimah) yang diajarkan dan dicontohkan kepada seluruh umatnya dan patut kita teladani antara lain :
1. Sifat yang wajib bagi rasul seperti siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathanah (cerdas). Keempat sifat ini membentuk dasar keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasulullah SAW.
2. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasulullah SAW. yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya. Integritas personalnya sedemikian kuat sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya.
3.   Prinsip kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu dasar terpenting
4. Salah satu fakta menarik tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasulullah SAW. adalah penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff, pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.
5. Keberhasilan Muhammad SAW. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan.
6.Tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasulullah SAW. wafat tanpa meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau berdoa: Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin dan kumpulkan aku bersama golongan orang-orang miskin di hari kiamat.
7.  Visioner futuristic (melihat kedepan). Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul SAW. adalah seorang pemimpin yang visioner, berfikir demi masa depan (sustainable).
8.   Menjadi prototipe (model) bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasulullah SAW. benar-benar mengandung cita-cita dan sekaligus proses panjang upaya pencapaian cita-cita tersebut. Beliau adalah personifikasi dari misinya. Terkadang kita lupa bahwa kegagalan sangat mudah terjadi manakala kehidupan seorang pemimpin tidak mencerminkan cita-cita yang diikrarkannya.

   Setelah kita kaji secara mendalam ternyata nilai-nilai dasar kehidupan secara universal telah terkandung dalam butir-butir yang terkandung dalam sila-sila dari Pancasila. Nilai-nilai ini ternyata juga tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, bahkan beberapa diantaranya merupakan perintah agama. Bagaimana nilai-nilai ini dilaksanakan dan diajarkan oleh masyarakat bangsa kita? Bagaimana dengan komunitas  kita dan bagaimana pula dengan kita masing-masing sebagai warga bangsa? Sudahkan kita menjadi bagian dari mereka yang melaksanakan / mematuhi prinsip-prinsip itu ataukah  sebaliknya? Apakah agama kita juga telah mengajarkannya? Sampai sejauh mana kita meyakini dan mengamalkannya. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menyatakan bahwa kehidupan sosial di Jepang lebih mencerminkan nilai-nilai Islam ketimbang yang mereka jumpai, baik di Indonesia maupun di Timur Tengah. Hal ini disampaikan terkait dengan hasil penelitian sosial bertema ”How Islamic are Islamic Countries” yang dilakukan oleh Scheherazade S Rehman dan Hossein Askari dari The George Washington University.  Hasil penelitian Selandia Baru berada di urutan pertama negara yang paling islami di antara 208 negara, diikuti Luksemburg di urutan kedua. Sementara Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim menempati urutan ke-140. Kesimpulan penelitian di atas tak jauh berbeda dari pengalaman dan pengakuan beberapa ustadz dan kiai sepulang dari Jepang setelah kunjungan selama dua minggu di Negeri Sakura. Program ini sudah berlangsung enam tahun atas kerja sama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, dengan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta. Para ustaz dan kiai itu difasilitasi untuk melihat dari dekat kehidupan sosial di sana dan bertemu sejumlah tokoh. Setiba di Tanah Air, hampir semua mengakui bahwa kehidupan sosial di Jepang lebih mencerminkan nilai-nilai Islam ketimbang yang mereka jumpai, baik di Indonesia maupun di Timur Tengah. Masyarakat terbiasa antre, menjaga kebersihan, kejujuran, suka menolong, dan….. (selengkapnya baca Harian Kompas, Sabtu 5 November 2011). Mari kita renungkan sejenak, dan kita bisa yakini  inilah penyebab utama dari semua ironi di negeri ini.
Kita bukan miskin (terbelakang) oleh karena umur negaranya yang masih muda atau tingkat intelegensia kita yang rendah ataupun kekurangan ketersediaan sumber kekayaan alam atau alam yang kejam kepada kita.Tidak!
Kita terbelakang / lemah / miskin karena perilaku kita yang kurang / tidak baik. Kita kekurangan kemauan untuk mematuhi dan mengajarkan prinsip dasar kehidupan yang sebetulnya terkandung dalam nilai-nila Pancasila yang juga diajarkan oleh Rosulullah saw sebagai akhlaqul karimah. Bahkan sebagian besar diantaranya justru merupakan perintah Allah dalam kitab suci Al-Quran. Dengan mengamalkan dan mengajarkan nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari  akan memungkinkan masyarakat  kita pantas membangun masyarakat, ekonomi dan Negara kita.
Jika kita tidak mau mengamalkan dan meneruskan pesan ini, maka tidak akan terjadi apa-apa pada diri kita masing-masing. Harta kita tidak akan hilang, kita tidak akan kehilangan pekerjaan, atau mungkin kita tidak kena sial selama 7 tahun, juga mungkin kita tidak akan sakit mendadak.Tetapi jika kita tidak mau mengamalkan dan meneruskan pesan ini kepada teman-teman kita tentu tidak akan terjadi perubahan apa-apa dalam Negara kita. Negara kita akan tetap dalam kemiskinan dan bahkan akan menjadi lebih miskin. Yang lebih tragis lagi ada yang mengatakan bahwa bangsa kita saat ini tanpa disadari sedang dengan bangga dan sorak sorai dengan  alasan pembenar sesuai persepsi dan menurut kepentingan diri dan kelompok masing-masing bersinergi meruntuhkan negeri ini. Naudzubillahi min dzalik.
Jika kita betul-betul mencintai Negara kita, mari kita amalkan dan kita teruskan pesan ini kepada keluarga, sahabat dan seluruh masyarakat di lingkungan kita masing-masing. Biarlah mereka ikut merefleksiikan hal ini. Kita harus mulai dari sekarang jika ingin berubah dan mengubah keadaan. Dan.....perubahan dimulai dari diri kita sendiri. Ingat firman Allah dalam Al Quran yang juga sering  disampaikan oleh Presiden RI pertama dalam pidatonya bahwa, “Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu:
... إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ... الأية [الرعد: 11]
 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum (bangsa) sehingga  kaum  itu mengubah keadaandiri mereka sendiri…”
Setelah kita merefleksikan bersama tentang keadaan kita dengan apa adanya, melihat ironi dan potensinya, menyadari penyebab utamanya, apa yang harus kita lakukan sebagai warga bangsa?  Apakah kita masih perlu saling menyalahkan? Apakah kita mau marah-marah dan melampiaskan kemarahan kita dengan melakukan pengrusakan? Merusak lingkungan, merusak barang milik negara atau orang lain, merusak barang milik sendiri, bahkan merusak dirinya sendiri? Atau kita justru memanfaatkan setiap peluang yang kita anggap menguntungkan diri atau kelompok kita, tanpa menghiraukan nasib saudara-saudara kita yang lainnya sambil menunggu adanya perubahan yang kita harap turun dari langit?
Jawabannya tentu “Tidak!”. Orang yang cerdas dalam kehidupan apabila menghadapi  persoalan segera bertindak mencari solusi terbaiknya, solusi yang tidak merusak baik diri sendiri, orang lain maupun lingkungan  (solutif non destruktif). Sedangkan orang yang bodoh dalam kehidupan walaupun  terkadang cerdas secara intelegensia kalau menghadapi persoalan tidak segera mencari solusinya, akan tetapi justru mempertanyakan bahkan mempersoalkannya. Seringkali malah membuat persoalan baru oleh karena tidak  mau terima dengan persoalan / permasalahan  yang harus dihadapinya, sehingga malah menambah masalah.
Sebagai jawaban kita yang cerdas dalam kehidupan tidak ada kata lain kecuali “perubahan”. Kita harus mengubah perilaku kita yang tidak atau kurang baik dan mengajarkannya. Perubahan harus dimulai dari diri sendiri, dimulai dari hal yang paling kecil dan dimulai sekarang juga secara konsisten sampai dengan terwujudnya perubahan secara nasional melalui gerakan nasional perubahan.

Gerakan perubahan dimulai dengan penyadaran melalui refleksi yang efektif sehingga seluruh warga bangsa ini tidak terjebak pada persoalan pro dan kontra terhadap arah perubahan di mana nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang telah terbukti kesaktiannya sesuai budaya bangsa dan sudah dibuktikan secara universal di negara-negara maju dalam prinsip dasar kehidupan. Langkah selanjutnya adalah penanaman nilai-nilai Pancasila sejalan dengan penanaman akhlaqul-karimah kepada seluruh komponen bangsa di setiap kesempatan dan di seluruh wilayah NKRI dengan cara-cara yang lebih tepat melalui pendidikan dan pembinaan budaya bangsa. Kalau langkah ini kita jadikan gerakan nasional perubahan mindset niscaya akan terwujud perubahan nasib bangsa ini menuju NKRI yang kuat dan bermartabat. Semoga Allah paring barokah. Amin

Tidak ada komentar:

Entri Populer

Komentar


ShoutMix chat widget