MOTIVASI HARI INI

VSIcenter.com | Peluang Bisnis VSI | Veritra Sentosa Internasional | Veritra Pay | Habs Pro | Bisnis Ustadz Yusuf Mansur

Jumat, 28 Januari 2011

Teori Multiple Intelligence Howard Gardner

Teori tenteng multiple intelligence ini berdasarkan pakar Psikologi Harvard Howard Gardner. Gardner mengemukakan bahwa pandangan klasik percaya bahwa inteligensi merupakan kapasitas kesatuan dari penalaran logis, dimana kemampuan abstraksi sangat bernilai. Pandangan ini berdasar pada teori general (g) intelligence dari Spearman yang menganggap inteligensi sebagai kekuatan mental yang yang timbul selalma aktifitas intelektual dan dapat digambarkan dalam berbagai tingkatan. Sama dengan Thurstone dan beberapa ahli psikometri lain Gardner melihat bahwa inteligensi merupakan meliputi beberapa kemampuan mental. Namun demikian psikolog Universitas Harvard tersebut tidak terlalu terlalu peduli dengan bagaimana menjelaskan dan menuangkannya dalam skor tes psikometri yang bersifat lintas budaya.

Inteligensi, menurut Gardner, merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi budaya atau komunitas tertentu, yang terdiri dari tujuh macam inteligensi. Meskipun demikian, Gardner menyatakan bahwa jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tapi jelas bukan hanya satu kapasitas metal. Pertanyaan tentang kenapa individu memilih berada dalan peran-peran yang berbeda (ahli fisika,petani, penari), memerlukan kerja berbagai kecerdasan sebagai suatu kombinasi, dalam penjelasannya.

Kecerdasan menurut nya, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi.

Teori Gardner berdasar pada sintesa berbagai macam bukti dari sumber-sumber yang berbeda :

1. Studi terhadap orang normal yang mengalami kerusakan otak karena trauma atau stroke, yang mendukung pendapat tentang inteligensi terpisah yang mengatur pemikiran spasial dan bahasa.

2. Dukungan profil intelektual dari populasi-populasi khusus, seperti prodigies dan idiot savants, yang mengindikasikan bahwa inteligensi merupakan kemampuan-kemampuan yang terpisah.

3. Bukti dari mekanisme pemprosesan informasi.

4. Dukungan dari psikologi eksperimental dan psikologi kognitif

5. Penemuan-penemuan psikometris.

6. Arah perkembangan karakteristik dari manifestasi umum dan mendasar, menuju kondisi akhir berupa keahlian yang memungkinkan.

7. Penemuan dalam bidang biologi evolusioner.

8. Dukungan dari konsep-konsep yang ada pada sistem simbol.

Gardner menekankan dalam jenis inteligensinya bahwa inteligensi hanya merupakan konstrak ilmiah yang secara potensial berguna. Jenis-jenis inteligensi Gardner :

A. Kecerdasan spasial, merupakan kecerdasan seseorang yang berdasar pada kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentransformasidan meodifikasinya, dan membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus fisik yang asli. Kecerdasan ini tidak tergantung sensasi visual. Kemampuan pokoknya adalah kemampuan untuk membentuk gambaran tiga dimensi dan untuk menggerakkan atau memutar gambaran tersebut. Individu yang dominan memiliki kecerdasan tersebut cenderung berpikir dalam pola-pola yang berbentuk gambar. Mereka sangat menyukai bentuk-bentuk peta, bagan, gambar, video ataupun film sebagai media yang efektif dalam berbagai kegiatan hidup sehari-hari.

B. Kecerdasan bahasa, merupakan kecerdasan individu dengan dasar penggunaan kata-kata dan atau bahasa. Meliputi mekanisme yang berkaitan dengan fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Mereka yang memiliki kecerdasan tersebut, mempunyai kecakapan tinggi dalam merespon dan belajar dengan suara dan makna dari bahasa yang digunakan. Pada umumnya merupakan ahli yang berbicara di depan public. Mereka lebih bisa berpikir dalam bentuk kata-kata daripada gambar. Kecerdasan ini merupakan aset berharga bagi jurnalis, pengacara, pencipta iklan.

C. Kecerdasan logis matematis. Kecerdasan tersebut mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan penalaran, logika dan angka-angka matematis. Pola pikir yang berkembang melalui kecerdasan ini adalah kemampuan konseptual dalam kerangka logika dan angka yang digunakan untuk membuat hubungan antara berbagai informasi, secara bermakna. Kecerdasan ini diperlukan oleh ahli matematika, pemrogram komputer, analis keuangan, akuntan, insinyur danilmuwan.

D. Kecerdasan jasmani kinestetik. Kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-benda secara canggih, merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut. Individu akan cenderung mengekspresikan diri melalui gerak-gerakan tubuh, memiliki keseimbangan yang baik dan mampu melakukan berbagai maneuver fisik dengan cerdik. Melaui gerakan tubuh pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan memproses setiap informasi yang diterimanya. Kecerdasan ini dapat terlihat pada koreografer, penari, pemanjat tebing.

E. Kecerdasan musikal. memungkinkan individu menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh suara.. Komponen inti dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre. Terlihat pada komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten pada musik instrumentalia dan akustik.

F. Kecerdasan interpersonal, merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok. Kemampuan tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non-verbal untuk membuka saluran komunikasi dengan orang lain.

G. Kecerdasan intrapersonal, tergantung pada proses dasar yang memungkinkan individu untuk mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka, misalnya membedakan sakit dan senang dan bertingkah laku tepat sesuai pembedaan tersebut. Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk membangun model mental mereka yang akurat, dan menggambarkan beberapa model untuk membuat keputusan yang baik dalam hidup mereka.

Masing - masing dari kita memiliki delapan kecerdasan ini, tinggal bagaimana kita dapat mengenali kecerdasan kita dominan dimana dan bagaimana kita memaksimalkannya. Semoga sukses selalu

Kita bisa mencontohkan apakah Einstein akan sukses seperti itu bila dia masuk di Jurusan Biologi atau belajar main bola dan Musik…jelas masalah fisika-teoritis Einstein, Max Planc, Stephen Howking, Newton adalah jenius-jenius, tetapi bab olah-raga maka Zidane, Jordane, Maradona adalah jenius-jenius dilapangan, juga Mozart, Bach adalah jenius-jenius dimusik. Dst..dst…juga Thoman A. Edison adalah jenius lain, demikian juga dengan para sutradara film, bagaimana mereka mampu membayangkan harus disyuting bagian ini, kemudian setelah itu, adegan ini, ini yang mesti keluar dengan pakaian jenis ini, latar suara ini, dan bahkan dialog seperti itu, ini adalah jenius-jenius bentuk lain. Disinilah Howard Gardner mengeluarkan teori baru dalam buku Frame of Mind, tentang Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk), dimana dia mengatakan bahwa era baru sudah merubah dari Test IQ yang melulu hanya test tulis (dimana didominasi oleh kemampuan Matematika dan Bahasa), menjadi Multiple Intelligences

Kisah Inspiratif : Dapat Kucuran Nikmat Berkat Amal Saleh

KESULITAN finansial adalah masalah klasik yang hampir pernah dialami setiap orang. Dalam kondisi ini, tidak sedikit orang yang bingung, bahkan stres. Betapa tidak, hajat hidup tinggi tapi pemasukan rendah. Bahkan seringkali minus. Siapapun pasti masygul menghadapi situasi ini. Kondisi ini juga pernah saya alami.

Sebagai guru honor di sekolah swasta di kota Depok, Jabar, gaji saya hanya Rp. 250 ribu perbulan. Uang sebesar itu otomatis bakal terkulai lemas oleh kerasnya cekikan harga barang yang melambung tinggi.

Tahu sendirilah, bagaimana kejamnya kota Depok, yang tak jauh beda dengan kota tetangganya, Jakarta.

Kendati begitu, saya tidak mau pusing, apalagi berputus asa. Meski pendapatan kecil, tapi saya yakin, Allah SWT maha kaya dan pemberi rezeki. Rezeki-Nya tidak akan pernah habis meski tiap detik dikeruk oleh milyaran manusia. Dan terpenting, rezekiku, meski banyak orang di dunia, tak akan ada yang mengambilnya. Saya yakin itu.

Karena itu, saya berniat melanjutkan kuliah S2 meski biaya belum ada. Tapi, dengan kondisi keuangan tipis, saya jadi pesimis.

“Apa bisa gaji Rp. 250 buat biaya kuliah, sedang kebutuhan yang lain numpuk?” batinku.

Rasioku belum bisa menerima. Hitungan matematis masih dominan ketimbang hitungan iman. Jujur saja, hal itu membuatku berfikir keras sekitar sebulan lamanya. Tidur pun jadi tak nyenyak. Gundah gaulana. Yang ada di pikiran hanya satu; kuliah, kuliah, dan kuliah.

Saya pun sadar. Tidak semua bisa dirasionalkan. Ada hitungan Allah SWT yang tak bisa dinalar logika. Sebab, pertolongan-Nya jarang bisa diprediksi oleh logika. Entah besok, bulan depan atau jam ini juga. Wallahu’alam. Untuk mematangkan niatku, saya pun shalat tahajud.

Sekitar sebulan lamanya, setiap di sepertiga malam, saya selalu berdoa kepada Allah sang pengijabah doa.

“Ya Allah, jika niat saya ini baik dan bisa membantu agama-Mu, maka mudahkanlah. Sebaliknya, jika tidak, maka jauhkanlah.”

Itulah doa yang saya panjatkan. Pendek, tapi dalam. Sebuah permintaan sekaligus pilihan; ya atau tidak. Doa itupun saya ulang-ulang. Tak jarang diselingi dengan deraian air mata. Meminta kepada yang Maha Menguasai Kehidupan, memang harus begini. Mengiba. Laksana pengemis kepada majikannya.

Hatiku pun mulai tenang. Putusan untuk lanjut kuliah telah bulat. Tiba-tiba, ada seorang teman yang mengajak silaturahim ke salah satu ustadz. Saya pun ikut. Kebetulan, saya mengenal ustadz yang juga pernah menjabat sebagai anggota DPD sebuah provinsi di Indonesia bagian Timur. Tak disangka, sang ustadz ternyata menyuruhku kuliah lagi. Tak hanya itu, ustadz itu juga memberiku uang Rp. 300 ribu.

“Secepat mungkin, kalau bisa langsung daftar. Jangan ditunda lagi,” ujarnya mantap.

Hatiku pun bergemuruh. Laksana deburan ombak. Bunyinya sahut menyahut dan berakhir di batu karang. Begitu juga hatiku. Kini, ucapan tahmid dan tasbih mengisi penuh relung hatiku.

Ya, Allah inikah tanda doaku Engkau kabulkan? Saya pun langsung mendaftarkan diri. Ketika itu, saya langsung mendaftar magister manajemen pendidikan Islam di sebuah universitas Islam. Jurusan itu saya impikan sejak lama.

Saya ingin jadi “ideolog” dalam bidang pendidikan. Miris rasanya lihat output pendidikan sekarang yang kering spiritual. Hanya kognitif saja yang dijejali. Dengan harapan, saya bisa lahirkan generasi Islam handal. Setidaknya mengikuti jejak Imam Al-Gahzali yang melahirkan generasi Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima besar pembebas negeri Palestina. Ya, itulah cita-citaku. Normatif memang!

Kendati sudah registrasi, bukan berarti masalah selesai. Saya harus membayar uang gedung sebesar Rp. 5 juta rupiah. Tapi, lagi-lagi saya yakin Allah SWT akan mempermudah langkah hamba-Nya yang menuntut ilmu. Saya pun tetap optimis melangkah dengan mencari beasiswa kesana-kemari.

Alhamdulillah, akhirnya dapat beasiswa dari sebuah lembaga amil zakat sebesar Rp. 3 juta rupiah. Uang itu sangat membantu kekurangan pembayaran.

Kuliah pun berjalan lancar. Depok-Bogor cukup jauh. Karena tidak punya kendaraan, saya selalu nunut teman satu kuliah dan kebetulan punya motor. Atau, jika tidak, saya naik angkot.

Tak terasa, tiga bulan sudah saya jalani kuliah. Tak ada masalah. Paling keuangan dan itu bisa saya atasi. Namun, yang membuat tiba-tiba menjadi bingung, ada seorang bapak menawarkan putrinya. Masa ada yang mau dengan saya; anak perantauan dan tidak punya uang. Tampang juga pas-pasan. Saya kira, tawaran itu hanya canda. Ternyata tidak. Bapak yang tinggal di Sukabumi, Jabar itu terlihat sangat serius.

Dia menawarkan anaknya yang sedang kuliah di sebuah universitas di Bandung.

“Saya percaya sama adik. Karena itu, saya ingin jodohkan anak saya,” ujarnya serius.

Saya pun langsung mengiyakan meski belum melihat siapa calon istri saya. Ternyata, saya kaget bukan kepalang. Calon istri saya tidak hanya sangat cantik, tapi juga berjilbab. Sosok muslimah yang luar biasa, menurutku.

Karena tahu kondisi saya, seluruh biaya pernikahan diurus mertua. Saya hanya ikut nyumbang Rp. 1 juta rupiah. Awalnya saya memang belum sepenuhnya berani untuk menikah. Apalagi kalau bukan alasan ma’isyah. Kuliah aja belum kelar, apalagi harus membiayai keluarga. Untung saja, pihak mertua selalu men-support saya agar selalu yakin.

Menikahlah, maka engkau akan kaya, begitu dalil yang pernah saya baca. Dan ternyata benar. Dengan pernikahanku, rezeki seolah tak pernah putus. Baru beberapa bulan menikah, saya dapat beasiswa dari provinsi tempat asalku sebesar Rp. 12 juta rupiah. Tak hanya itu, istriku sangat pengertian. Dia tidak pernah meminta sesuatu aneh-aneh, hatta, sehelai kain pun. Subhanallah!

Jadi, sejak menikah hingga sekarang, saya belum pernah membelikan pakaian satu stelpun. Jika ada rezeki, dan hendak saya belikan, dia selalu menolak.

“Jangan mas, pake aja buat biaya kuliah atau membeli buku,” ujar istriku. Saya pun bahagia dibuatnya. Anugerah paling indah dalam hidupku. Betul, istriku adalah perhiasan terindah. Ya, istri yang shalehah.

Kini, dari pernikahanku telah dikaruniai putri yang cantik dan imut. Saya harap, kelak, dia jadi mujahidah shalihah dan pinter seperti Aisyah, putri Nabi.

Tak hanya itu, kuliah S2-ku tinggal menyelesaikan tesis. Jika tidak ada aral melintang, insya Allah, tahun depan sudah diwisuda. Dan, jika diizinkan Allah, saya akan langsung lanjutkan ke jenjang S3. Lengkap sudah nikmat dari Allah SWT yang diberikan kepadaku.

Bagiku, kemudahan dan nikmat Allah SWT tidak gratis diberikan. Setidaknya, ada sebab-musababnya. Saya jadi ingat ketika mendiang ibuku beberapa waktu hendak menghembuskan nafas terkhir berpesan kepadaku.

“Nak, jangan sedih. Jika kita tak lagi hidup bersama di dunia ini, insya Allah kita akan sama-sama di Surga. Jadilah anak yang shalih, jalin silaturahim, dan rajin belajar. Tahu Imam Nawawi? Jadilah seperti dia, ulama besar yang punya karya fenomenal.”

Petuah almarhum ibu-lah yang jadi motivasi hidupku. Petuah itu yang menyemangatiku ketika lemah. Petuah itulah yang membuka cakrawala hidupku. Dan petuah itulah yang membuatku bercita-cita untuk belajar dan kuliah hingga sekarang.

Meski saya tahu, ibu tidak meninggalkan kepingan rupiah, tapi dengan petuah itu, melebih dari rupiah.

Karena petuah itulah, saya berusaha menjadi orang baik. Rajin ibadah, jaga silaturahim, dan suka berbagi pada sesama. Dalam berbagi, misalnya, saya selalu usahakan meski dalam segala keadaan; sempit dan lapang. Termasuk ketika saya dapat beasiswa Rp 12 juta.

Tiba-tiba dua orang teman saya meminjam uang. Tak tanggung-tanggung, masing-masing Rp 3 juta. Karena butuh, tanpa merasa berat, saya pinjamkan uang tersebut.

Saya yakin, dengan itu, Allah SWT akan mengganti rezeki jauh lebih banyak dari itu. Dari apa yang telah saya lakukan, bisa jadi, pertolongan Allah SWT tak pernah terputus. Saya pun selalu beramal saleh, jika ingin pertolongan Allah terus mengucur. [ans,seperti diceritakan Imam kepada wartawan hidayatullah.com]

BURSA KERJA : Penerimaan Pegawai PLN

Farin Ubaidulloh

27 Januari 8:38

PT PLN (Persero) mengajak Putera terbaik bangsa:
BERGABUNG BERSAMA KAMI, MEMBANGUN NEGERI

PENERIMAAN PEGAWAI PT PLN (PERSERO)
JALUR PELAKSANA (SMA IPA / SEDERAJAT DAN SMK LISTRIK)
TAHUN 2011

Bagi Anda Para Lulusan / Semester Akhir SMA IPA/SEDERAJAT DAN SMK LISTRIK,
Kami menawarkan Beberapa Posisi jabatan dan Program Studi yang dibutuhkan:

POSISI JABATAN
1. Operator Distribusi (OPDIS)
2. Teknik Distribusi (TEKDIS)
3. Teknik Penyaluran / Transmisi (TEKLUR)

Tugas per posisi Jabatan :
1. Operator Distribusi (OPDIS)
Melaksanakan kegiatan operasi jaringan distribusi listrik, untuk memastikan kegiatan pelayanan teknik sesuai Standar Operasi Prosedur (SOP) dalam meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan.

2. Teknik Distribusi (TEKDIS)
Melaksanakan pekerjaan pemeliharaan Jaringan Listrik Tegangan Rendah dan Tegangan Menengah, dalam keadaan bertegangan dengan sarana dan prasarana yang sesuai Standar Operasi Prosedur (SOP) dalam meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan.

3. Teknik Penyaluran / Transmisi (TEKLUR)
Melaksanakan pekerjaan pemeliharaan Jaringan dan Peralatan Gardu Induk Tegangan Tinggi dan Ekstra Tinggi.
Persyaratan Umum :

• Jenis kelamin Laki-laki
• Lulusan / Semester Akhir :
1. SMA / Sederajat : Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA); atau
2. SMK : berasal dari jurusan Listrik Arus kuat / Listrik instalasi (bukan arus lemah/elektronika , telekomunikasi, atau listrik industri);
• Kelahiran tahun 1991 atau sesudahnya ketika mendaftar
• Tinggi badan :
1. Untuk OPDIS : minimum 160 cm
2. Untuk TEKDIS & TEKLUR : minimum 165 cm
• Persyaratan Akademis
1. Bagi yang sudah lulus: Rata-rata nilai hasil Ujian Nasional (SKHUN) minimal
7,5 (tujuh koma lima)
2. Bagi yang belum lulus (kelas 12 - semester akhir) : Rata-rata nilai raport semester 1 sampai akhir untuk mata pelajaran matematika dan fisika minimal 7,5 (tujuh koma lima)
• Belum pernah menikah (dengan disertai Surat Keterangan dari RT setempat);
• Berat badan proporsional terhadap tinggi badan (BMI maksimal 30)
• Sehat jasmani dan rohani;
• Berbadan sehat dan Tidak buta warna (dengan disertai surat keterangan Sehat dari Dokter);
• Tidak berkacamata;
• Tidak merokok;
• Tidak bertatto dan tidak bertindik;
• Tidak terlibat dan tidak pernah terlibat tindakan kriminal (dibuktikan dengan SKCK dari Polri diserahkan pada saat wawancara);
• Menyertakan Surat Pernyataan Diri di atas materai Rp 6.000,- yang berisi point-point sbb:
1. Tidak terlibat dalam penyalahgunaan narkoba dan zat adiktif lainnya
2. Tidak menderita Rabun malam dan epilepsi
3. Bersedia mengikuti pendidikan prajabatan dan tidak menikah selama pendidikan
4. Bersedia menjadi pegawai minimal selama 5 (lima) tahun secara berturut-turut sejak diangkat menjadi pegawai.
5. Bersedia untuk ditempatkan di seluruh wilayah kerja PLN Unit tempat yang bersangkutan diangkat sebagai pegawai baru.
6. Bagi yang mempunyai ijazah lebih tinggi dari tingkat SLTA, tidak akan menuntut pengakuan atas ijazah yang dimilikinya.
• Domisili, khusus untuk Pelamar dari :
1. Jawa Timur : untuk Posisi Jabatan OPDIS dan TEKDIS
2. Jawa Timur & Bali : untuk Posisi Jabatan TEKLUR

Proses Rekrutmen :

1. Mengirimkan berkas lamaran yang ditujukan kepada:
PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur
PO. BOX 5555, Surabaya 60055
paling lambat tanggal 5 Februari 2011 (STEMPEL POS), dengan Ketentuan dan Kelengkapan berkas lamaran sbb:
a. Surat Lamaran yang ditujukan kepada : PT PLN (Persero) c.q. Kepala Divisi Pengembangan SDM dan Talenta
b. Riwayat Hidup (CV)
c. Copy Ijazah yang dilegalisir
d. Copy nilai akhir Ujian Nasional (SKHUN) yang dilegalisir (Bagi yang sudah lulus)
e. Copy nilai raport semester 1 sampai semester akhir (Kelas 12) yang dilegalisir, dan melampirkan Surat Keterangan dari Kepala Sekolah (Bagi yang belum lulus)
*Bagi yang belum lulus, jika nantinya peserta tidak lulus Ujian Nasional, maka peserta dinyatakan gugur.
f. Copy KTP (Bagi yang belum memiliki KTP melampirkan Surat Keterangan dari Kelurahan);
g. Copy Akte kelahiran;
h. Pasfoto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 sebanyak 3 lembar;
i. Surat Keterangan Belum Menikah dari RT Setempat;
j. Surat Pernyataan Diri si atas Materai Rp 6.000,- (Isi surat pernyataan lihat di Persyaratan Umum);

2. Seluruh berkas lamaran agar dimasukkan ke dalam amplop coklat dengan menggunakan map dengan ketentuan sbb:
a. Untuk OPDIS : menggunakan map berwarna MERAH
b. Untuk TEKDIS : menggunakan map berwarna KUNING
c. Untuk TEKLUR : menggunakan map berwarna HIJAU

3. Satu pelamar diperbolehkan memilih 2 (dua) posisi jabatan (Ditulis di Pojok kanan atas amplop dan di dalam surat lamaran), di mana pilihan nomor 1 yang akan menjadi Prioritas utama.
Contoh :
PJ (01) : Operator Distribusi (OPDIS)
PJ (02) : Teknik Distribusi (TEKDIS)
*PJ : Posisi Jabatan;

4. Panggilan tes akan diumumkan melalui website PLN Jatim (http://www.facebook.com/l/430c3oA5ikQ0EJuG78UDodQ-bKA;jatim.pln.co.id/); dan ditempel pada PLN Cabang Terdekat (APJ) se Jawa Timur pada tanggal 18 Februari 2011.

Lain-lain:

1. Pelaksanaan Tes dilaksanakan dengan Sistem Gugur.
2. Dokumen yang tidak lengkap atau tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan tidak akan diproses lebih lanjut.
3. Pasca Seleksi :
a. Peserta tes yang lulus seleksi penerimaan pegawai akan dipanggil untuk menjalani Diklat Prajabatan.
b. Peserta yang dinyatakan lulus, akan diterima menjadi Pegawai PLN sebagai Tenaga Pelaksana dengan usia pensiun 45 tahun.
4. Keputusan Tim Rekrutmen Pegawai PT PLN (Persero) tidak dapat diganggu gugat.
5. PT PLN (Persero) tidak melakukan korespondensi / surat menyurat dalam proses rekrutmen.
6. PT PLN (Persero) Tidak memungut biaya apapun dalam Proses Rekrutmen ini.
7. Hati-hati terhadap Penipuan yang dilakukan dengan mengatasnamakan Pegawai / Pejabat / Tim Rekrutmen PT PLN (Persero).

-oOo-

PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur
http://www.facebook.com/l/430c33Foakp0HBaygJMYge3akVw;jatim.pln.co.id
pada hari Senin ·

PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

jatim.

Kamis, 27 Januari 2011

Kegelisahan Guru Menjelang Ujian Nasional

Setiap memasuki semester genap, guru yang mengajar di kelas terakhir pada setiap jenjang satuan pendidikan, bagaikan terpenjara. Mereka dituntut untuk membawa sukses peserta didik dalam menempuh Ujian Nasional (UN). Demikian besar ekspektasi orang tua murid akan keberhasilan anak-anak dalam menempuh UN, sampai-sampai sang guru lebih banyak berada di sekolah. Berangkat pagi, pulang sore; entah memberikan les, pemadatan materi, atau apa pun namanya. Semua dilakukan agar siswa didiknya sukses menempuh UN dengan prestasi terbaik. Sudah bekerja mati-matian pun belum ada jaminan bahwa anak-anak sukses menempuh UN. Imbasnya, guru sering kali dituding sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap kegagalan siswa dalam menempuh UN. Setelah UN berlangsung, akhirnya siswa Lulus 100%, siapa yang dapat nama ? Gurukah ?

Dari berbagai pengalaman selama ini, guru tak jarang mengeluh tentang kesenjangan yang terjadi antara tuntutan kurikulum dan UN. Pada semester genap, misalnya, guru tidak lagi menggunakan kurikulum sebagai acuan. Mereka lebih terfokus untuk mengajak siswanya mendalami soal-soal UN. Bahkan, tak jarang siswa diperlakukan sebagai “bejana” yang terus di-drill soal-soal UN, tanpa memedulikan lagi apakah materi yang disajikan dipahami sepenuhnya oleh siswa atau tidak. Yang ada di benak guru, semakin banyak soal di-drill-kan, siswa dianggap akan makin siap menghadapi UN. Benarkah demikian?

Untuk menjawab pertanyaan semacam itu bukanlah hal yang mudah. UN selama ini telah dicitrakan sebagai penilaian terakhir yang akan menentukan lulus atau tidaknya siswa belajar selama tiga tahun di jenjang satuan pendidikan tertentu. Repotnya, UN juga telah dicitrakan akan membawa nama baik, citra, dan marwah sekolah, bahkan daerah. Tak perlu heran apabila muncul kesan bahwa UN tak semata-mata menjadi alat dan sarana penilaian semata, tetapi juga telah merambah ke ranah birokrasi. Tak jarang muncul tekanan dari atas ke bawah. Bupati/walikota menekan kepala dinas pendidikan, kepala dinas pendidikan menekan kepala sekolah, dan ujung-ujungnya gurulah yang harus menanggung imbasnya. Seringkali, guru “dipaksa” menghalalkan segala cara untuk mendongkrak nilai UN siswanya. Tak perlu heran jika hampir setiap tahun terjadi kecurangan. Namun, ironisnya, kecurangan demi kecurangan yang (nyaris) terjadi tiap tahun, tak pernah diusut tuntas.

Jika kondisi semacam itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin generasi masa depan negeri ini hanya akan menjadi sosok yang tidak mandiri, suka mengambil jalan pintas, dan tidak memiliki rasa percaya diri. Ketidakjujuran pelaksanaan UN yang mereka saksikan dengan mata kepala sendiri makin membuktikan bahwa sikap jujur justru akan membuat anak-anak gagal dalam meraih cita-cita. Imbas lebih lanjut, mereka juga cenderung untuk mengambil jalan pintas, suka menipu, dan berbagai cara tidak fair lainnya.

Sebelum telanjur parah, ada baiknya formula UN benar-benar didesain agar anak-anak mampu menghargai proses dan kejujuran. Dari sisi proses, anak-anak perlu ditanamkan sikap bahwa tak ada sukses yang bisa diraih tanpa proses kerja keras. Demikian juga dalam soal kejujuran. Sikap seperti ini harus jelas muncul secara masif dalam pelaksanaan UN, sehingga siswa yang tidak jujur justru akan mendapatkan hasil yang buruk.

Jangan sampai terjadi, UN hanya menciptakan kegelisahan di kalangan guru, sehingga cenderung mengambil jalan pintas dan menempuh segala macam cara untuk “menyulap” nilai siswanya jadi tinggi. UN bukanlah tujuan, melainkan alat untuk mengukur dan memotret kemampuan siswa selama memburu ilmu di bangku sekolah. Ini artinya, UN harus dikembalikan kepada “khittah”-nya sebagai alat penilaian yang benar-benar sahih dalam memotret kompetensi siswa. Nah! ***

Entri Populer

Komentar


ShoutMix chat widget