MOTIVASI HARI INI

VSIcenter.com | Peluang Bisnis VSI | Veritra Sentosa Internasional | Veritra Pay | Habs Pro | Bisnis Ustadz Yusuf Mansur

Sabtu, 04 Januari 2014

“Anak Kecanduan Game”…Bagaimana Langkah Bijak Mengatasinya ?

Halo sahabat parent…
Anda tentu tidak asing dengan ungkapan atau tepatnya keluhan orangtua seperti ini, “ Pusing saya !!!…anakku kecanduan game, gara – gara itu nilai ulangannya banyak yang merah “
“Game” seakan – akan jadi momok bagi orangtua, namun disisi yang lain orangtua tidak bisa menahan keinginan anak untuk bermain game. Sehingga membuat orangtua tambah pusing. Ada beberapa pertimbangan yang akhirnya orangtua memberikan “game” itu pada anaknya, yaitu :
  • Gak tahan mendengar rengekan anak yangterus – menerus
  • Takut dikatai “orangtua yang ketinggalan jaman” oleh teman – temannya
  • Takut nanti anaknya “gaptek”
  • Takut nanti anaknya dianggap “anak ndeso”
Kejadian orangtua mengeluhkan anaknya yang kecanduan game bisa dikatakan sudah mewabah dikalangan orangtua saat ini. Seringkali saya menerima klien dengan keluhan seperti itu.
Sahabat parent, saya ingin bertanya pada Anda…menurut Anda, sebenarnya “Game” itu yangMENYEBABKAN masalah yang dikeluhkan orangtua ( diatas ) atau “Game” itu AKIBAT dari orangtua yang belum memahami, belum mendapatkan cara yang efektif untuk mengasuh anaknya ?
Kalau kita mengatakan bahwa Game = Penyebab artinya… Game itulah yang membuat anak kecanduan sehingga lupa belajar atau tidak tertarik untuk belajar.
Kalau kita mengatakan bahwa Game = Akibat artinya…Game adalah akibat dari pola pengasuhan orangtua yang kurang bisa diterima oleh anak, yang kurang bisa mendukung anak, sehingga GAME sebagai “alat” bagii anak – anak untuk mencari apa yang tidak mereka dapatkan dari orangtuanya.
Masalahnya adalah jawaban atas pertanyaan di atas akan memberi pengaruh pada cara menangani masalah itu, jelasnya…bahwa “ Apa yang kita nyatakan itulah pandangan kita. Pandangan kita sama dengan mindset kita “ dan tentu itu memberi pengaruh yang sangat besar pada cara /tindakan kita menyelesaikan masalahnya.
Bila kita mengatakan bahwa Game = Penyebab, maka gampangnya adalah kita sita game tersebut dan melarang anak untuk bermain game lagi atau memberi ijin main game tapi… dengan memagarinya bermacam – macam syarat. Sekarang pertanyaannya adalah “Apakah hal itu cukup efektif untuk menyelesaikan permasalahan di atas ? atau tidakkah hal itu justru akan memunculkan masalah baru…?”
Sedangkan bila kita mengatakan bahwa Game = Akibat, maka tindakan kita adalah melihat dan menelusuri masalah itu lebih dalam, lebih luas, dengan bertanya pada diri sendiri dan anak.
Jadi di sini, kita akan cari akar masalah yang sesungguhnya itu apa ?
Dari pengalaman saya sebagai hipnoterapist, bagi orangtua yang memiliki pandangan Game = Penyebab dan menerapkan sanksi seperti di atas, yang terjadi adalah anaknya semakin membangkang. Anak – anak ini bukannya mau bekerjasama dengan orangtuanya, tapi malah tidak termotivasi untuk belajar. Dan kebanyakan orangtua menyerah dan memberikan toleransi yang longgar kembali pada anaknya.
Dan hal itu menimbulkan dampak lain yang tidak kalah parahnya, apa itu… ? Anak – anak merasa “di atas angin”, mereka merasa mampu mengendalikan orangtuanya. Mereka semakin tidak punya rasa respek pada orangtuanya.
Sebaliknya beberapa orangtua yang mau dan bersedia untuk melihat masalah itu jauh lebih ke dalam, mereka menyadari bahwa Game = Akibat.
Mereka melakukan tindakan mencari tahu apa akar masalah anak “kecanduan” game, kemudian mencari solusi dengan mengkoreksi sikap dan tindakannya. Mereka bukannya menyalahkan game-nya ataupun anaknya.
Hasilnya tentu jauh lebih baik dan positif bagi kedua pihak, baik buat orangtua maupun anaknya. Anaknya bersedia bekerjasama, yaitu mengendalikan diri untuk bermain game, motivasi belajar meningkat dan relasi dengan orangtuanya-pun semakin harmonis.
Bagaimana sahabat parent…, menarik bukan kondisi seperti ini ?

Inilah beberapa sikap dan tindakan yang penting dilakukan oleh orangtua :
  • Mau dan bersedia memberikan waktu pada dirinya untuk melihat masalah dengan lebih luas. Dari sisi orangtua, sikap dan tindakan apa yang telah dilakukannya sehingga anak “kecanduan” game. Misal : Kurangnya perhatian / kurang peduli pada anak
  • Mengajak anak untuk dialog, “Apa yang dibutuhkan anak tapi tidak dipenuhi oleh orangtua, namun bisa dipenuhi oleh game ?”. Misal : Penghargaan
  • Mencairkan relasi, dengan langkah awal berani mengakui sikap dan tindakan yang selama ini kurang perhatian dan peduli pada anak. Dan minta maaf pada anak bila hal itu memang dilakukan oleh orangtua
  • Membangun relasi dengan mulai bersikap menghargai dan mengakui eksistensi anak. Misal : Beri waktu pada anak untuk menyampaikan kebutuhannya, saat dia bicara dengarkan dengan penuh perhatian.
  • Diskusikan tentang hal – hal yang ia suka kerjakan, agar orangtua bisa menawarkan banyak alternatif kegiatan selain main game. Misal : Kegiatan oleh raga, musik dll
  • Jangan gunakan kebijaksanaan bersyarat. Misal : Kamu boleh main game asal nilai ulanganmu besok min. 80
Pendekatan di atas mempunyai tujuan selain menjadi solusi atas masalah “kecanduan” game juga meneladani anak, bahwa sebuah masalah itu timbul pasti ada sebabnya. Jadi kita tidak bisa begitu saja melempar tanggungjawab pada pihak lain.
Jadi bukan “GAME” yang jadi Penyebab namun SIKAP ORANGTUA-lah yang Menjadi Sebab. Disini anak akan semakin respek pada orangtuanya dan dia-pun akan bertumbuh menjadi orang dewasa yang memiliki sikap terpuji, seperti sikap bertanggungjawab, respek dan “fair”.

Bagaimana pandangan  Anda…?
Sahabat parent, bila Anda merasa penting sekali untuk mengasah wawasan pola asuh anak agar bisa bertindak lebih bijaksana pada anak – anak,Anda bisa baca buku “ Mental Jutaan Dolar “ karya Hemmarata.
Semoga sharing ini membawa manfaat dan inspirasi buat Anda.
Salam bahagia dan sukses Lebih lanjut hubungi 081 330 330 354 Fingerprint Consulting


Tidak ada komentar:

Entri Populer

Komentar


ShoutMix chat widget